Selasa, 22 November 2011

Hidup manusia dan buku


Hidup manusia itu seperti sebuah buku.
Front cover adalah tanggal lahir.
Back cover adalah tanggal pulang.

Kehidupan itu ibarat sebuah buku…
sampul depan buku adalah awal mula kehidupan …
sampul belakang buku adalah akhir penutup kehidupan..
tiap lembar buku adalah tiap-tiap detik kehidupan yang dilalui…
tiap lembar buku adalah tiap-tiap menit kehidupan yang dilalui…
tiap lembar buku adalah tiap-tiap jam kehidupan yang dilalui…
tiap lembar buku adalah tiap-tiap hari kehidupan yang dilalui…

Ada buku yang menarik dibaca…
ada yang tidak menarik dibaca…
ada yang sedikitpun tidak dilirik..
bahkan tidak dibaca sama sekalipun…
ada buku yang hanya menjadi pajangan saja…

Seburuk apapun halaman buku…
sekotor apapun coretan kehidupan halaman buku…
selalu tersedia halaman selanjutnya yang putih bersih dan polos…
halaman baru yang tiada cacat tiada cela..
untuk diisi dengan coretan kehidupan…
hingga tiba pada lembar akhir buku…
dan buku pun ditutup…..

demikian pula kehidupan…
seburuk apapun hari yang telah dilalui…
Allah selalu menyediakan hari yang baru untuk dilalui…
Allah selalu memberi kesempatan yang baru…
untuk melakukan sesuatu hal yang benar dalam kehidupan dihadapan Allah..

untuk memperbaiki kesalahan di hari sebelumnya..
untuk melanjutkan alur cerita kehidupan yang sudah ditetapkan-Nya..
untuk kehidupan seluruh hamba-Nya..
hingga tiba pada akhir kehidupan…
memenuhi panggilan-Nya…
yang tak dapat ditunda dan tak dapat dipercepat…
namun pasti kan tiba..

Di mana biduku kan berlabuh.


Sudah merupakan rahasia umum, hidup berumah tangga pasti yang namanya cek cok suami istri itu ada, bahkan kalau tidak ada perseteruan bagaikan makan tanpa garam, iya…cek cok suami istri itu adalah bumbu penyedap hidup berumah tangga. Perumpamaan yang lain juga menggambarkan, sebuah rumah tangga bagaikan biduk yang berlayar mengarungi samudra, suami sebagai Nahkoda sedang istri dan anak adalah ABK nya. Maka mau dimana biduk itu akan berlabuh, sangat tergantung pada sang Nahkoda.

Semua perbekalan telah disiapkan, bahan makanan, obat-obatan, pakaian sudah di centang dari daftar perbekalan. Tak lupa sang nahkoda memeriksa semua perlengkapan kapalnya, mulai peralatan navigasi, perahu darurat, dan peta pelayaran pun tak ketinggalan. Ini bukan main-main, karena sebuah biduk akan segera lepas jangkar, dan tidaklah berlabuh kecuali telah sampai di pantai tujuan.
Pelayaran pun di mulai, tali jangkar telah diangkat dan layar-layar mulai di kembangkan. Dengan penuh tanggung jawab sang Nahkoda melaksanakan tugasnya mengemudikan bahtera dan menjaganya dari segala kemungkinan yang ada, meneliti  jalur aman,memperhatikan cuaca dan arah angin, menjaga agar layar tidak berubah arah. 

Sangat indah tentunya, sebuah pelayaran yang di hembus oleh angin sepoi-sepoi, cuaca cerah dengan hembusan angin di tambah birunya samudra, membuat perjalanan menajdi terasa menyenangkan, dan tentunya ini adalah harapan setiap pengarung samudra. Namun dengan kematanganya dalam mengaringi samudra, tidak menjadikan sang Nahkoda terlena begitu saja, dia sadar perjalan masih jauh, layar baru saja di kembangkan, karena badai besar bisa saja datang sewaktu-waktu, hujan deras disertai angin kencang bisa saja datang menghadang bahtera mereka, akan tetapi sama sekali tidak menyiutkan nyali sang Nahkoda untuk terus berlayar, karena dia yakin dengan bantuan dan kerjasama yang baik antara Nahkoda dan ABK semua masalah bisa diatasi dengan mudah.

Ya ….inilah semangat sang Nahkoda, dan memang inilah yang seharusnya dimiliki oleh setiap calon Nahkoda, namun semua belum terbukti, badai belum datang, hujan dan angin kencang belum menghadang, dan tibalah saatnya semua itu akan di buktikan.
Hari berganti hari, bulan demi bulanpun berlalu tak terasa sudah beberapa tahun bahtera berlayar, dan dalam kurun waktu itu berbagai rintangan sudah mereka taklukkan, dan tentunya sang Nahkoda tidaklah sendirian, dengan ABKnya lah itu semua bisa di kerjakan. Dan tiba-tiba angin berubah arah, awan hitam menggantung seakan hendak menjatuhkan ribuan kubik bebatuan hitam, ombak mulai menggulung menerjang biduk tersebut, dan sang Nahkoda haruslah siap menjalankan tugasnya. Dikomandonya seluruh ABK, untuk menurunkan layar, menurunkan jangkar, mengikat semua perbekalan suopay tidak jatuh terkena badai. 

Dalam kondisi genting seperi ini, kerjasama yang baik sangatlah menetukan nasih bahtera mereka, semua harus pada posisi dan tugas yang telah di bebankan, tidak boleh ada yang salah, tidak boleh saling iri akan tugasnya, tidak boleh merasa paling berkuasa, sedikit saja mereka lengah maka siap-siaplah bahtera akan kandas di tangah samudra. Mereka harus sadar, baik Nahkoda dan ABK mempunyai tujuan yang sama, meski beda dalam nilai tanggungjawabnya, yaitu sama-sama menjadikan bateranya selamat dari badai dan sampai pada tujuan, selamat sampai pantai tujuan…

Amang ikak
[30 September 2010]

sepasang mata itu



Sepasang mata membuatku bertanya

Adakah wajah yg tak bersembunyi ditirai kemunafikan?

Sepasang mata membuatku bertanya

Mungkinkah dusta berani mengangkatkan dosa dosanya dipermukaan?

Sepasang mata membuatku bertanya

Semoga konspirasi haram itu tak membuatnya mengidap psikopat...

Dan sepasang mata itu serupa jendela yg tak terungkap dgn bahasa namun terpapar lewat sorotnya dan mata itu

Adalah

Tanda tanya

?.?.?

created by



Hikari Fatimah