Senin, 21 November 2011

Tidak peduli


Saat terbangun dan masih bisa menghirup udara pagi, aku tidak peduli apakah yang kuhirup ini debu bercampur asap kenalpot kendaraan yang saling mendahului, atau yang kuhirup adalah busuknya bau got yang sudah sepekan mampat penuh sampah yang ga diangkat.

Ketika mie instan menjadi pengganjal perutku di tiap pagi hari, aku pun tidak peduli kalau nanti ususku akan membusuk karena formalin yang menumpuk, atau IQku jongkok karena kekurangan gizi. Setidaknya di siang dan malam hari ususku tidak ku ganggu dengan mie lagi, cukup beberapa teguk air keran yang menemani.
Kusapa lalu lalang ribuan kendaraan, tanpa peduli akan bahaya mengancam. Kutatap wajah wajah mewah tanpa peduli cibiran atau senyuman sinis yang diberikan. 

Ketika malam merayap naik, kubaringkan tubuhku di atas selembar Koran bekas di emperan toko dan lagi lagi aku tidak peduli dengan dingin malam yang menyelinap lewat pori pori, menusuk sampai ketulang sumsumku. 

Ketika mataku hendak terpejam, akupun tak peduli apakah ada yang masih peduli denganku.

Amang ikak

[26 Mei 2011]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar